CoAssets Menjadi Perusahaan Crowdfunding Terbesar di Asia Tenggara-JPNN.com
SURABAYA - Hadirnya bisnis crowdfunding berbasis financial technology telah membuka mata banyak pihak, bahwa memulai bisnis ataupun menjadi investor tidaklah seribet yang dipikirkan. Dimana ada kemauan, di situ ada jalan.
Hal itu terbukti dengan semakin meningkatnya transaksi bisnis crowdfunding. Termasuk bagi salah satu perusahaan crowdfunding, CoAssets. Banyaknya proyek terutama di sektor properti yang sukses saat ditangani, menjadikan CoAssets sebagai salah satu perusahaan crowdfunding ternama di dunia.
Buktinya, hingga kini perusahaan yang berbasis di Singapura itu tercatat dalam Top 20 Global Platform. Di Asia sendiri, CoAssets berada di urutan kedua setelah lembaga serupa asal Hongkong. ”Kalau di Asia Tenggara, kamilah yang menjadi market leader,” jelas CEO CoAssets Indonesia Fernanda Reza Muhammad.
Nilai investasi yang sejauh ini sudah dijalankan berkisar di angka USD 39 juta dengan jumlah investor mencapai 27 ribu orang. ”Baru-baru ini, CoAssets juga sudah terdaftar di bursa efek nasional Australia,” imbuh Reza.
Karena itu, untuk makin memantapkan posisinya sebagai penguasa pasar, Reza mengaku sedang melebarkan sayap menggarap proyek-proyek di Indonesia. Selain bagibu (25/11).
Paonganan mendasari pandangannya atas beberapa hal. Antara lain, tujuan direalisasikannya janji mengembangkan tol laut, untuk menekan disparitas harga barang di wilayah barat dan timur Indonesia. Namun perlu diingat, Pelni telah melayari Indonesia dari ujung barat hingga ujung timur selama puluhan tahun, tetap saja tidak mampu menyelesaikan disparitas harga barang wilayah barat dan timur Indonesia.
"Lalu sekarang diberi subsidi triliunan rupiah dengan target melaksanakan tol laut. Ini pemborosan APBN yang tidak terarah saya kira," ujar pria yang akrab disapa Ongen ini.
Alasan lain, selama ini menurut Ongen, jumlah kapal swasta jauh lebih banyak melayani angkutan logistik ke timur dan sama sekali tidak mendapat subsidi. Akibatnya, tidak heran harga-harga kebutuhan di wilayah timur Indonesia jauh lebih tinggi dibanding wilayah barat.
"Kapal Pelni memiliki kemampuan angkut logistik berapa banyak, sampai ditarget mampu turunkan harga barang di timur. Jadi ini pemborosan," ujarnya.
Menurut Paongan, program tol laut tidak akan bisa berjalan, kalau logistik tidak berimbang. Karena itu, tidak mungkin mengandalkan pengiriman secara terus menerus dengan mengandalkan subsidi dari APBN untuk menekan harga.
"Sekuat apa APBN mampu mensubsidi kapal-kapal angkutan logistik dari Barat ke Timur," ujarnya.
Ongen menilai harusnya Presiden Joko Widodo memahami terlebih dahulu karakter Indonesia dan permasalahan yang ada, baru kemudian menciptakan solusi.
"Seharusnya pahami dulu itu, baru susun program. Jangan garami lautan. Bangun dulu industri berbasis SDA di wilayah timur supaya logistik balance. Otomatis biaya angkut akan murah dan tentu akan membuat harga barang tidak jomplang antara barat dan timur Indonesia," ujar Ongen.(gir/jpnn)
from JPNN.COM http://bit.ly/1IsbZub
via IFTTT