Pengolahan Blok Mahakam Gak Pede, Pertamina Ambil 70 Persen
JAKARTA – Pemerintah menyerahkan pengelolaan Blok Mahakam kepada PT Pertamina (Persero) setelah kontraknya dengan Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation yang berjalan 50 tahun berakhir pada 31 Desember 2017. BUMN energi tersebut mendapat saham mayoritas pengelolaan ladang migas terbesar di Indonesia itu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan, Pertamina sebenarnya punya hak pengelolaan 100 persen di Blok Mahakam per 1 Januari 2018. Namun, Pertamina terkesan kurang percaya diri dan melakukan pengurangan interest atau share down. ’’Total, Inpex, maupun Pertamina meminta pemerintah untuk memfasilitasi diskusi soal tersebut,’’ terangnya Jumat (19/6).
Diskusi dilakukan karena perusahaan asal Prancis dan Jepang itu masih berminat mengelola Blok Mahakam. Di satu sisi, pemerintah juga harus melibatkan BUMD Kalimantan Timur. Akhirnya, disepakati saham pemerintah masih mendominasi bila dibandingkan dengan operator existing. Yakni, Pertamina mendapat alokasi 70 persen dengan ketentuan harus share down dengan BUMD maksimal 10 persen. Sedangkan Total dan Inpex dijatah 30 persen. ’’Untuk BUMD, baru minggu depan dibicarakan. Pesan Presiden Jokowi, berapa pun besarannya, bisa memberikan benefit bagi daerah,’’ jelas Sudirman Said.
Mantan Dirut PT Pindad itu sadar, keputusan masih memberikan jatah 30 persen kepada pihak asing bisa memantik praduga bahwa pemerintah sebenarnya tidak pernah mau memberikan 100 persen pengelolaan Blok Mahakam kepada Pertamina. â€Bangsa kita ini inferior (mikirnya), seolah-olah ada yang menekan. Padahal, sebetulnya keputusan pemerintah adalah sudah memberikan kepada Pertamina (100 persen, Red). Selebihnya (keputusan hari ini) adalah keputusan bisnis,†lanjut Sudirman.
Sementara itu, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto membenarkan bahwa pihaknya sebenarnya mendapat jatah penuh pengelolaan Blok Mahakam. Namun, Pertamina memutuskan untuk menggandeng operator existing untuk menjaga keberlangsungan produksi. Termasuk merealisasikan plan of development (POD) yang berlangsung sepanjang proses peralihan. â€Kepentingan negara adalah keberlangsungan produksi. Reservoir dan cadangan harus di-maintain sebaik-baiknya. Karena itu, penting sekali bagi Pertamina untuk melibatkan dengan tim existing operator,’’ terang mantan Dirut PT Semen Indonesia itu.
Related
Dia juga menyampaikan komitmennya untuk melaksanakan aktivitas yang disampaikan melalui proposal. Mulai kewajiban pembayaran signature bonus sampai kegiatan investasi drilling maupun ekspansi ke daerah belum tereksplorasi. ’’Kami mempersiapkan USD 2,5 miliar (sekitar Rp 33,3 triliun) per tahun sampai 20 tahun mendatang,’’ ungkapnya. Untuk para pekerja Blok Mahakam, Dwi memastikan, seluruhnya akan menjadi karyawan Pertamina.
VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menjelaskan, setelah pengelolaan jatuh pada Pertamina mulai 1 Januari 2018, ada beberapa rencana. Utamanya, menjaga produksi supaya tidak anjlok dari produksi rata-rata saat ini. Yakni, mencapai 357,74 ribu barel setara minyak per hari. â€Kami akan tingkatkan produksinya dengan rencana kerja untuk eksplorasi serta eksploitasi peningkatan produksi,†jelasnya.
Di tempat yang sama, Pemprov Kalimantan Timur (Kaltim) sudah menyiapkan BUMD untuk berpartisipasi di Blok Mahakam. Wakil Gubernur Kalimantan Timur Mukmin Faisyal mengatakan, selama tujuh tahun ini pihaknya sudah mempersiapkan masa peralihan itu. â€Sudah disiapkan satu BUMD dan tentu saja disertai persiapan permodalan,†katanya.
Direktur Utama MMP Hazairin Adha menambahkan, duit yang sudah disiapkan untuk berpartisipasi di Blok Mahakam mencapai Rp 2 triliun–Rp 3 triliun. Untuk sumber dana, Hazairin menyebut perbankan, bank lokal Indonesia atau luar negeri. â€Yang jelas, bukan dari Pertamina atau APBD,†ungkapnya
Persiapan BUMD yang matang membuatnya percaya diri bisa melobi pemerintah atau Pertamina untuk mendapatkan jatah saham lebih. Meski, dia tahu, aturan menyatakan bahwa jatah maksimal participating interest daerah hanya 10 persen. â€Kami ingin 19 persen. Lebih dari 10 persen pokoknya,†kata dia.
Sebagaimana diketahui, kontrak bagi hasil Blok Mahakam ditandatangani pada 1967, kemudian diperpanjang pada 1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai 2017. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada 1967 menemukan cadangan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam pada 1972 dalam jumlah yang cukup besar. Cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial atau dikenal dengan istilah 2P) awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel minyak dan 21,2 triliun kaki kubik (TCF) gas bumi. Berdasar penemuan itu, blok tersebut mulai diproduksi dari lapangan Bekapai pada 1974
Produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan tersebut pada masa lalu membuat Indonesia menjadi eksporter LNG terbesar di dunia pada 1980–2000. Kini, setelah pengurasan selama 40 tahun, sisa cadangan 2P minyak sebesar 185 juta barel dan cadangan 2P gas sebesar 5,7 TCF.
Pada akhir masa kontrak pada 2017, diperkirakan masih tersisa cadangan 2P minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan 2P gas sebanyak 3,8 TCF. Dari jumlah tersebut, diperkirakan sisa cadangan terbukti (P1) gas kurang dari 2 TCF. (dim/c10/kim)
from jawapos.com rss http://bit.ly/1GXti8L
via IFTTT