Rasis, Pelaku Penembakan Charleston Takut Dominasi Kulit Hitam
CHARLESTON – Polisi tidak butuh waktu lama untuk membekuk pelaku penembakan maut di The Emanuel African Methodist Episcopal Church, Rabu malam waktu setempat (17/6). Pria kulit putih itu dibekuk di Kota Shelby, Cleveland County, Negara Bagian North Carolina, Kamis waktu setempat (18/6).
Pada hari yang sama, polisi langsung menerbangkan pelaku tunggal yang bernama Dylann Storm Roof itu kembali ke Kota Charleston, Charleston County, Negara Bagian South Carolina, Amerika Serikat (AS). Dia pun langsung menjalani pemeriksaan terkait dengan aksi mautnya di gereja tertua komunitas kulit hitam Amerika tersebut. Selama investigasi berjalan, tersangka mendekam di penjara Charleston County.
Roof ditangkap berkat kesaksian salah seorang teman lamanya, Joey Meek. Sebelum beraksi, konon, Roof sempat menenggak vodka bersama Meek. Saat mengonsumsi minuman keras itu, menurut Meek, Roof mengeluhkan pesatnya perkembangan populasi kulit hitam di Negeri Paman Sam. ’’Kulit hitam akan mengambil alih dunia,’’ kata Roof sebagaimana ditirukan Meek.
Rabu malam lalu, Meek mendengar penembakan maut di gereja bersejarah itu. Sama dengan penduduk Charleston yang lain, dia lantas memantau perkembangan berita. Dari salah satu tayangan televisi yang mencuplik rekaman kamera pengintai gereja pascainsiden itu, Meek mengenali tersangka. Dia hafal dengan kaus yang dipakai Roof saat bermain game di rumahnya Rabu pagi.
Meek pun lantas mengontak FBI. Dia langsung memberikan kesaksian tentang pemuda 21 tahun itu. ’’Saya sangat yakin (pelaku) itu dia,’’ katanya di hadapan petugas. Meek dan Roof baru bertemu kembali beberapa pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut, Roof yang tidak pernah menamatkan pendidikan SMA itu membeli Glock, pistol kaliber 45. Tidak hanya itu, dia juga mengaku punya rencana.
Related
’’Saya sempat takut dan menyembunyikan pistol itu di dalam rumah,’’ ungkap Meek. Sebab, Roof berkali-kali berbicara tentang supremasi kulit putih. Sebagai warga kulit putih, Roof merasa terancam oleh komunitas kulit hitam. Sebelum membeli pistol, Roof berkata kepada Meek bahwa seseorang harus segera bertindak untuk menghentikan dominasi kulit hitam.
Sejauh ini, polisi belum merilis keterangan resmi tentang tersangka maupun perkembangan penyelidikan. Tetapi, polisi berusaha mencari tahu latar belakang Roof dan kemungkinan hubungannya dengan 16 organisasi supremasi kulit putih di South Carolina. Sebelumnya, Roof punya catatan tindak kriminal ringan di kepolisian. Yakni, menerobos rumah orang lain dan menggunakan narkoba.
Kemarin (19/6) Wali Kota Charleston Joseph P. Riley menyelenggarakan malam renungan sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi para korban. Dalam kesempatan itu, dia mengecam keras aksi nekat Roof. ’’Ini murni tindak kejahatan yang sangat keji,’’ tegasnya.
Presiden Barack Obama pun menyesalkan terjadinya tragedi tersebut. Dia menyebut insiden itu sebagai dampak buruk penggunaan senjata di AS.
Sembilan nyawa melayang dalam insiden maut yang merenggut kedamaian Charleston, Rabu malam lalu. Mereka adalah senator negara bagian, tiga pendeta, manajer perpustakaan daerah, terapis bicara, pegawai pemerintah, konselor SMA, serta seorang pelajar yang baru menamatkan SMA. Tersangka masuk ke gereja saat sekelompok jemaat melakukan kegiatan Pendalaman Alkitab (PA).
Koroner Charleston County Rae Wilson menyatakan bahwa tersangka datang dengan damai. Dia bahkan sempat bergabung dengan kelompok PA itu. ’’Jemaat di situ menduga dia adalah umat yang ingin ikut mendalami kitab suci. Karena itu, mereka menerimanya dengan tangan terbuka. Tetapi, beberapa menit kemudian, dia menjadi agresif dan menembaki semua orang,’’ paparnya. (AP/AFP/hep/c5/ami)
from jawapos.com rss http://bit.ly/1GXtjts
via IFTTT